Contoh Analisis Data Kualitatif – Akan membutuhkan waktu lebih lama daripada contoh analisis data kuantitatif.
Penelitian kualitatif umumnya menyediakan data tekstual yang tidak terstruktur dengan baik.
Wawancara ekstensif dan observasi partisipatif mengarah pada narasi yang perlu diatur sedemikian rupa sehingga proses analisisnya bisa sistematis dan ilmiah.
Penelitian kualitatif, yang juga menggunakan analisis wacana, membutuhkan perhatian peneliti dalam mengolah data tekstual yang ada.Dalam tulisan ini, analisis data kualitatif diperlakukan hanya dalam bentuk kontur.
Saya sebelumnya telah membahas teknik menganalisis data kualitatif secara terperinci, dengan merujuk pada pendapat pakar penelitian sosial Alan Bryman.
Dalam tulisan ini, saya menyoroti langkah-langkah analisis berdasarkan pengalaman pribadi saya dalam penelitian kualitatif.
Seperti kebanyakan posting lainnya di blog ini, saya selalu mencoba menjelaskan setiap penjelasan dengan sebuah contoh.
Contoh yang diberikan hanya ilustrasi “Tutorial Online”. Pembaca tidak dilarang membayangkan contoh lain. Di fase mana analisis data kualitatif dilakukan?
Metode Analisis Data Kualitatif
Urutan analisis data kualitatif dalam bentuk yang paling sederhana adalah sebagai berikut: Berdasarkan data yang ada, peneliti harus melakukan hal berikut :
Kode – Menentukan Konsep – Menunjuk Konsep ke Kategori Data – Membuat Kategori dengan Referensi Data – Membuat Hipotesis – Hipotesis Pelaporan – Mengembangkan Teori atau Menemukan Teori-Teori Baru – Hasil Penelitian.
Ingatlah bahwa prosesnya adalah bentuk yang paling sederhana. Tidak jarang, analisis kualitatif mengimplementasikan proses yang lebih rumit dari ini.
Misalnya, hipotesis yang ditemukan tidak diterima oleh semua data, sehingga peneliti mengecualikan data sebagai kasus khusus (dijelaskan dalam pembatasan penelitian) atau peneliti kembali ke lapangan untuk mendapatkan data tambahan untuk memperkuat atau melemahkan data hipotesis.
Contoh dan Penjelasan Analisis Data
Misalnya penelitian kualitatif tentang “praktik mikro-selebriti di Instagram”.
Para peneliti mewawancarai beberapa selebriti yang muncul. Hipotesisnya, misalnya adalah bahwa selebriti melihat pengikut Instagram (IG) sebagai audiens yang selalu menunggu kehadiran mereka melalui posting terbaru, sebagai artis yang ditunggu penggemar mereka ketika mereka tampil.
Namun, ternyata salah satu informan melihat pengikut potensial sebagai konsumen potensial membeli aset yang mereka sukai.
Kasus ini dikeluarkan oleh peneliti karena dia tidak mengkonfirmasi hipotesis yang dikembangkan oleh data lain. Atau peneliti mencari data baru untuk mengetahui apakah selebriti melihat pengikut sebagai audiens atau konsumen.
Kami akan membahas contoh-contoh ini sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan di atas dengan Program Tema Penelitian. Salah satu pertanyaan para peneliti adalah bagaimana selebriti memandang pengikut mereka.
Misalkan data dikumpulkan dan ditranskripsikan. Peneliti membaca hasil transkripsi dua kali atau lebih sambil memikirkan cara pengumpulan data.
Dalam transkrip, beberapa informan mengklaim bahwa penggemar sangat penting karena mereka bukan apa-apa tanpa mereka, tidak ada sebagai musisi tanpa penonton atau artis tanpa penggemar.
Kami menemukan transkripsi teks sebagai berikut :
“Penggemar sangat penting, karena tanpa mereka kita tidak seperti seorang seniman tanpa penonton.”
“Penggemar penting untuk interaksi, mereka yang menilai sikap kita dan cara kita menerbitkan, ketika penonton menilai artis favorit mereka.”
“Penggemar itu penting karena mereka adalah kekuatan kami dan kami tidak dapat menghasilkan uang tanpa mereka.”
Tiga narasi di atas dapat dikodekan sebagai “pentingnya penggemar”. Dari hasil konsep pengkodean dapat dibuat, mis. Misalnya, konsep “penggemar,” “pengikut,” “audiens,” “konsumen,” dll.
Kami selalu merujuk ke data untuk melihat apakah ada terminologi yang belum dicakup di sini.
Sebagai contoh, kami menemukan bahwa dalam sebuah wawancara ada seorang informan yang menyebutkan kata “publik”. Kita dapat mempublikasikan konsep ini.
Langkah selanjutnya adalah membuat kategori. Kami mengklasifikasikan bagian dari “pentingnya pengikut” di kolom yang berbeda atau hanya diberi label.
Misalnya, data yang menunjukkan bahwa pengikut adalah penggemar diklasifikasikan dalam kolom Fans.
Data yang menunjukkan bahwa pengikut adalah konsumen termasuk dalam kategori “Konsumen”.
Proses kategorisasi ini harus selalu merujuk pada data lapangan (teks lengkap). Ini adalah cara kerja riset kualitatif secara umum.
Setelah proses kategorisasi, dengan merujuk pada data, memeriksa terminologi dalam transkripsi, dll.
Peneliti yakni data tersebut jenuh dan bisa membuat hipotesis maupun mengembangkan teori. Kami langsung menuju ke hasil penyelidikan selebriti tentang pengikut mereka.
Penggemar menentukan keberadaan mereka. Beberapa selebriti atau artis melihat fans sebagai para penggemar, yang lainnya “konsumen” yang menguntungkan secara finansial.
Hasil penelitian sebelumnya (dari studi literatur) telah mengarah pada teori bahwa selebriti melihat pendukung mereka sebagai penggemar, sehingga gambar selebriti online harus selalu dijaga dengan baik.
Para peneliti dalam contoh kami telah menemukan bahwa selebriti melihat pengikut mereka tidak hanya sebagai penggemar, tetapi juga sebagai gambar “konsumen” yang dapat memperoleh manfaat finansial.
Pada titik ini, peneliti dapat mengembangkan “teori konsumen” yang menyatakan bahwa pengikut di mata program, yang merupakan subyek yang dipelajari adalah konsumen.
Teori yang dikembangkan dapat digunakan sebagai hasil penelitian. Pada titik ini, pembaca dapat mencoba melakukan analisis kualitatif sendiri atas data secara manual atau oleh perangkat lunak menggunakan prosedur dasar yang dijelaskan di atas.
Baca Juga :